Suatu pagi yang cerah di rumah Omar dan Hana, papa mereka sedang duduk di tengah-tengah kamar membacakan cerita. Buku yang dipilih kali ini adalah “Wonder Ruby,” sebuah kisah yang memukau dan penuh petualangan. Di sisi lain, Omar tengah asyik bermain dengan koleksinya yang paling dicintainya, yaitu dino-dinonya.
Namun, suasana damai itu terganggu oleh teriakan Omar yang menggema di seluruh ruangan. Hana, yang tengah mendengarkan cerita dengan penuh antusiasme, merasa terganggu oleh keributan saudaranya. Tanpa menahan emosi, Hana menggeram dan mulai mengomel pada Omar. Mereka pun terlibat dalam pertengkaran kecil yang membuat papa mereka terkejut.
Papa, yang selalu berusaha menciptakan suasana damai di rumah, dengan lembut meminta mereka berdua untuk tenang. Ayah menyadari bahwa keributan tak diinginkan ini bisa merusak momen indah saat cerita dibacakan. Dengan sabar, papa menjelaskan pada Omar tentang pentingnya menjaga ketenangan di rumah.
Setelah teguran dari papa, mereka berdua mencoba kembali mendengarkan cerita dengan damai. Namun, keheningan hanya berlangsung sesaat. Omar, yang sulit untuk diam, kembali mengganggu Hana dengan dinosaurus koleksinya. Hana, yang merasa terganggu, merespons dengan cara yang kurang baik. Dia melemparkan salah satu dino Omar hingga rusak.
Situasi semakin memanas, dan pertengkaran mereka berlanjut. Kali ini, bukan hanya kata-kata, tetapi juga beradu mainan di antara mereka. Omar dengan dinosaurus tiranosaurus rex-nya, dan Hana dengan mainan Wonder Ruby-nya, terlibat dalam pertarungan mainan yang seru namun merugikan.
Papa yang melihat pertikaian ini akhirnya harus turun tangan. Dengan lembut, papa memisahkan mereka berdua dan duduk di antara mereka. Dengan bijaksana, ayah menjelaskan bahwa kekuatan sejati bukanlah melalui kekerasan atau pertengkaran, melainkan melalui kesabaran dan kemampuan untuk mengendalikan amarah.
“Orang yang kuat adalah orang yang sabar bila marah dan mampu menahan amarah,” kata papa sambil menatap mereka berdua. “Jadi, bila kalian marah, cobalah untuk tetap sabar. Orang yang sabar itu kuat.”
Kata-kata bijak papa mulai meresap ke dalam pikiran Omar dan Hana. Mereka mulai merenung tentang pelajaran yang didapat dari pertengkaran mereka. Tak lama kemudian, dengan tulus, Omar dan Hana saling meminta maaf. Perasaan bersalah dan penyesalan melanda, dan mereka merasa lebih bijak setelah mendengarkan nasihat dari papa.
Pertengkaran kecil itu akhirnya menjadi pelajaran berharga bagi Omar dan Hana. Mereka belajar bahwa kekuatan sejati bukanlah melalui konflik, melainkan melalui kesabaran dan kemampuan untuk mengendalikan emosi. Setelah itu, mereka kembali mendengarkan cerita bersama, namun kali ini dengan kedamaian yang lebih dalam dan pemahaman yang lebih besar satu sama lain.