Di suatu sore yang tenang, Omar dan Hana berada di rumah Atuk Opa. Suasana di sana selalu penuh kehangatan, terutama ketika mereka bersama-sama. Hari itu, Omar duduk di samping Atuk, asyik bermain game di handphone sambil tertawa ceria.
Atuk Opa, yang duduk di sebelah Omar, senang melihat cucunya begitu bahagia. Mereka bersama-sama menikmati waktu dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Tiba-tiba, terdengar langkah cepat dari luar rumah.
“Papa Mama sudah datang, Omar Hana!” seru Atuk Opa.
Pintu terbuka, dan Papa Mama masuk dengan wajah yang terlihat terburu-buru. Mereka segera menyapa Atuk Opa dan anak-anak. “Kami harus pulang sekarang, Atuk Opa. Terima kasih banyak atas waktu dan keramahtamahanmu,” kata Papa.
Omar dan Hana tampak agak kecewa harus meninggalkan rumah Atuk Opa begitu cepat. Omar sedikit menyisihkan waktu untuk menyelesaikan permainan di handphonenya, tanpa menyadari bahwa Papa Mama sudah menunggu di pintu.
“Papa Mama, tunggu sebentar ya,” ucap Omar sambil fokus pada permainannya.
Namun, Papa Mama tetap sabar menunggu. Mereka memahami bahwa anak-anak kadang-kadang terlalu asyik dengan kegiatan mereka.
Setelah beberapa saat, Omar mengalami kekalahan dalam permainannya. Raut wajahnya tampak kesal dan marah. Dia menutup handphonenya dengan kasar, membuat Papa Mama sedikit terkejut dengan reaksi Omar.
“Pergilah dari sini, aku tidak ingin main lagi!” ujar Omar dengan nada kesal.
Papa Mama sedikit terkejut melihat perubahan sikap Omar. Mereka mencoba menenangkan Omar, namun Omar masih merasa marah. Ketika melihat ke sekeliling, mata Omar tertumbuk pada tulisan sholawat dalam bahasa Arab di dinding.
Atuk Opa, yang melihat kejadian tersebut, menyadari bahwa Omar perlu diingatkan tentang kebaikan dan rasa kasih sayang. Dia menghampiri Omar dengan lembut.
“Omar, ingatlah tentang rindu kepada Nabi Muhammad S.A.W. Kita harus selalu merindukan dan mengenang beliau. Sholawat adalah salah satu cara untuk menyampaikan rasa cinta dan rindu kita kepada Nabi,” kata Atuk Opa sambil menunjuk tulisan sholawat di dinding.
Omar memandang tulisan tersebut, dan pelan-pelan rasa kesalnya mulai reda. Dia menyadari bahwa permainan di handphone hanyalah hal kecil jika dibandingkan dengan rasa cinta dan rindu kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Papa Mama dan Atuk Opa melihat perubahan dalam sikap Omar. Mereka pun kembali merasa tenang. Papa Mama mengajak Omar dan Hana untuk berpamitan kepada Atuk Opa, sambil berjanji untuk selalu mengingat pelajaran berharga tentang rindu kepada Nabi.
Perjalanan pulang pun diisi dengan percakapan tentang kebaikan dan kasih sayang, dan di hati Omar dan Hana terpatri pelajaran berharga tentang pentingnya rindu kepada Nabi Muhammad S.A.W.